Seiring garis pantai yang terus menurun dan permukaan laut yang terus naik setiap tahunnya, masa depan Pantai Utara Jawa menuntut perlunya pemikiran ulang yang serius.
Melalui dua tulisan di The Conversation, “Alasan Tanggul Laut Raksasa Pantura Bukan Solusi yang Dibutuhkan Masyarakat”, dan “Bagaimana Agar Proyek Jumbo Tambak di Pantura Tidak Mengancam Mangrove dan Masyarakat Pesisir”, Direktur Center for ICZM UNDIP, Dr. Aris Ismanto, mengajak untuk mempertimbangkan berbagai aspek penting dalam merancang kebijakan pesisir, seperti ketergantungan pada infrastruktur pesisir berskala besar dan menyoroti risiko ekspansi tambak skala jumbo yang tidak terkendali.
Inti gagasan dari kedua tulisan tersebut:
- Tanggul laut raksasa bukan solusi tunggal – Tanggul memang dapat memberi perlindungan sementara, tetapi berpotensi mengganggu pola sedimentasi, merusak ekosistem, dan memicu ketidakadilan sosial.
- Proyek perluasan tambak skala besar harus melindungi mangrove dan masyarakat serta harus direncanakan dengan kepekaan ekologis, tata ruang yang kuat, serta perlindungan bagi komunitas pesisir.
Perspektif ini menjembatani sains, kebijakan, dan realitas masyarakat lokal. Pendekatan adaptif dan berbasis konteks perlu ditempatkan di inti strategi pengelolaan pesisir untuk menekankan solusi berbasis alam dan tata kelola yang inklusif sebagai kunci ketahanan.
Baca selengkapnya di The Conversation: profil lengkap tulisan Dr. Aris Ismanto
Mari kita meninjau kembali upaya untuk melindungi pesisir, tidak hanya melalui beton dan baja, tetapi melalui strategi yang menempatkan alam dan manusia sebagai pusat ketahanan jangka panjang.
Ilustrasi: Afidhah Puspita Widyani